Senin, 21 November 2011

DIARE

Definisi

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.

Patofisiologi
  • Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intensinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
  • Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpinah dari rongga ektraseluler ke dalam tinjaa, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
  • Diare yang terjadi merupakan proses dari ;
  • Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit.
  • Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi.
  • Meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
Komplikasi :
Dehidrasi
Hipokalemi
􀂃 Hipokalsemi
􀂃 Cardiac dysrhythmias akibat hipokalemi dan hipokalsemi
􀂃 Hiponatremi
􀂃 Syok hipovolemik
􀂃 Asidosis
Etiologi :
Faktor Infeksi :
􀂃 Bakteri; enteropathogenic escherichia coli, salmonella, shigella, yersinia enterocolitica
􀂃 Virus; enterovirus – echoviruses, adenovirus, human retrovirua – seperti agent, rotavirus.
􀂃 Jamur; candida enteritis
􀂃 Parasit; giardia Clambia, crytosporidium
􀂃 Protozoa
1
Bukan Fakror Infeksi :
􀂃 Alergi makanan; susu, protein
􀂃 Gangguan metabolik atau malabsorbsi; penyakit celiac, cystic fibrosis pada pankreas
􀂃 Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
􀂃 Obat-obatan; antibiotik,
􀂃 Penyakit usus; colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
􀂃 Emosional atau stress
􀂃 Obstruksi usus
Penyakit infeksi; otitis media, infeksi saluran nafas atas, infeksi saluran kemih
Manifestasi kilinis
􀂃 Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer
􀂃 Terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering
􀂃 Keram abdominal
􀂃 Demam
􀂃 Mual dan muntah
􀂃 Anorexia
􀂃 Lemah
􀂃 Pucat
􀂃 Perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat
􀂃 Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
Pemeriksaan Diagnostik
􀂃 Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan
􀂃 Kultur tinja
􀂃 Pemeriksaan elektrolit; BUN, creatinine, dan glukosa
􀂃 Pemeriksaan tinja; pH, lekosit, glukosa, dan adanya darah
Penatalaksanaan Terapeutik
􀂃 Penanganan fokus pada penyebab
􀂃 Pemberian cairan dan elektrolit; oral (seperti; pedialyte atau oralit) atau terapi parenteral
􀂃 Pada bayi, pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan dari ASI
Penatalaksanaan Perawatan
Pengkajian
􀂃 Kaji riwayat diare
􀂃 Kaji status hidrasi; ubun-ubun, turgor kulit, mata, membaran mukosa mulut
􀂃 Kaji tinja; jumlah, warna, bau, konsistensi dan waktu buang air besar
􀂃 Kaji intake dan output (pemasukan dan pengeluaran)
􀂃 Kaji berat badan
􀂃 Kaji tingkat aktivitas anak
􀂃 Kaji tanda-tanda vital
2
Diagnosa Keperawatan
􀂃 Kurangnya volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan cencer
􀂃 Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan seringnya buang air besar
􀂃 Risiko infeksi pada orang berhubungan dengan terinfeksi kuman diare atau kurangnya pengetahuan tentang pencegahan penyebaran penyakit
􀂃 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya intake (pemasukan) dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan
􀂃 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak
􀂃 Cemas dan takut pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
Implementasi
1. Meningkatkan hidrasi dan keseimbangan elektrolit
􀂃 Kaji status hidrasi,; ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa
􀂃 Kaji pengeluaran urine; gravitasi urine atau berat jenis urine (1.005-1.020) atau sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg per jam
􀂃 Kaji pemasukan dan pengeluaran cairan
􀂃 Monitor tanda-tanda vital
􀂃 Pemeriksaan laboratorium sesuai program; elektrolit, Ht, pH, dan serum albumin
􀂃 Pemberian cairan dan elektrolit sesuai protokol (dengan oralit, dan cairan parenteral bila indikasi)
􀂃 Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program
􀂃 Anak diistirahatkan
2. Mempertahankan keutuhan kulit
􀂃 Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
􀂃 Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk membersihkan anus setiap baung air besar
􀂃 Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
􀂃 Ganti popok / kain apabila lembab atau basah
􀂃 Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal
3. Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi
􀂃 Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung
􀂃 Segera bersihkan dan angkat bekas baung air besar dan tempatkan pada tempat yang khusus
􀂃 Gunakan standar pencegahan universal (seperi; gunakan sarung tangan dan lain-lain)
􀂃 Tempatkan pada ruangan yang khusus
4. Meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum
􀂃 Timbang berat badan anak setiap hari
􀂃 Monitor intake dan output (pemasukan dn pengeluaran)
3
􀂃 Setelah rehidrasi, berikan minuman oral dengan sering dan makanan yang sesuai dengan diit dan usia dan atau berat badan anak
􀂃 Hindari minuman buah-buahan
􀂃 Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
􀂃 Bagi bayi, ASI tetap diteruskan
􀂃 Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang rendah laktosa
5. Meningkatkan pengetahuan orang tua
􀂃 Kaji tingkat pemahaman orang tua
􀂃 Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare
􀂃 Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi
􀂃 Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
􀂃 Jelaskan pentingnya kebersihan
6. Menurunkan rasa takut/cemas pada anak dan orang tua
􀂃 Ajarkan pad orang tua untuk mengekspresikan perasaan rasa takut dan cemas; dengarkan keluhan orang tua dan bersikap empati, dan sentuhan terapeutik
􀂃 Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
􀂃 Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
􀂃 Libatkan orang tua dalam perawatan anak
􀂃 Jelaskan kondisi anak, alasan pegobatan dan perawatan
Perencanaan Pemulangan
􀂃 Jelaskan penyebab diare
􀂃 Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare
􀂃 Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan; ajarkan tentang standar pencegahan
􀂃 Ajarkan perawatan anak; pemberian makanan dan minuman (misalnya;oralit)
􀂃 Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa kering
􀂃 Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan kegunaannya
Pustaka
1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku Keperawatan
Pediatik, Jakarta, EGC
2. Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa :
Manulang R.F. Jakarta, EGC
4. Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
5. Kejang pada anak. www. Pediatik.com / knal.php
4

Gizi Buruk pada Anak Usia Sekolah Dasar


Dalam pembangunan nasional diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas Sumber Daya Manusia tersebut ditingkatkan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan tersebut dimulai dari tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti sandang, pangan, dan papan. Selain itu, peningkatan kesehatan juga penting untuk dilakukan.
Salah satu masalah peningkatan kesehatan adalah masalah gizi. Masalah ini adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan ditingkat rumah tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya), masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini menjadi menarik sehingga penulis mengambil tema tentang masalah gizi buruk yang mempengaruhi tingkat kesehatan.
Masalah-masalah gizi buruk  bisa menyerang siapa saja khususnya anak-anak usia sekolah. Di sini penulis mengambil topik gizi buruk berupa faktor-faktor yang mempengaruhi gizi buruk dan dampak pada anak-anak yang mengalami gizi buruk.
Status gizi dan kesehatan yang baik dapat menekan kematian anak seminimum mungkin. Di samping itu, membaiknya status gizi akan berpengaruh terhadap kesehatannya kelak pada umur remaja dan dewasa.
Selanjutnya, gizi buruk adalah suatu kondisi seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata (http://www.lusa.web.id/gizi-buruk/). Kasus gizi buruk umumnya menimpa anak-anak karena berbagai faktor. Selain itu, gizi buruk dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Anak-anak yang menderita gizi buruk akan mudah untuk terkena penyakit atau bahkan meninggal dunia akibat efek sampingnya. seperti seharusnya (kerdil) dengan berat badan di bawah normal.
Kata “gizi” berasal dari bahasa Arab ghidza, yang berarti “makanan”. Ilmu gizi bisa berkaitan dengan makanan dan tubuh manusia.
Dalam bahasa Inggris,  food menyatakan makanan, pangan dan bahan makanan. (
http://www.lusa.web.id/konsep-dasar-ilmu-gizi/).
Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang yaitu secara klasik gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh (menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh). Pengertian sekarang, selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, produktivitas kerja. (http://www.lusa.web.id/konsep-dasar-ilmu-gizi/).
Sedangkan, pengertian menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), gizi adalah zat makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Dari berbagai pengertian tersebut, gizi mencakup dua komponen yaitu makanan dan kesehatan.
Dalam pembangunan nasional, gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Padahal gizi diperlukan untuk tumbuh kembang anak dari balita sampai dewasa sehingga bisa menjadi generasi muda yang sehat.
Dalam pencapaian kesehatan yang optimal memerlukan makanan yang mengandung gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokan menjadi lima macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain sebagai berikut:
A.    Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan yaitu protein hewani dan protein nabati. Protein hewani biasanya mempunyai nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Sedangkan fungsi protein bagi tubuh adalah membangun sel-sel yang rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon, dan membenruk zat inti energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan 4,1 kalori) (Notoatmojo, 2003:196).
B.     Lemak, berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak adalah menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, dan pelindung tubuh tertentu (Notoatmojo, 2003:196).
C.     Karbohidrat, berasal dari kentang, ubi jalar, talas, jagung, padi, dan gandum. Fungsinya sebagai sumber energi, mempertahankan kadar air dan garam natrium, komponen jaringan tubuh, merangsang pertumbuhan bakteri usus, dan menurunkan kolesterol tubuh (Nursayonto dkk via Sumardi dkk, 2008:69).
D.    Vitamin, terdiri dari vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B) dan vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, K). Secara umum fungsi vitamin adalah untuk mengatur pertumbuhan dan mengatur fungsi organ tubuh (Prawirohartono dkk, 1993:44).
E.     Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat fluor (F), natrium (Na), Chlor (Cl), Kalium (K), dan Iodium (I). Secara umum mineral mempunyai fungsi sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian dari struktur sel dan jaringan (Notoatmojo, 2003:197).
Selanjutnya, masa anak sekolah adalah masa usia 6—12 tahun. Masa itu adalah masa pertumbuhan dan perkembangan tubuh awal. Anak-anak yang tidak terpenuhi gizi di masa tersebut, maka perkembangan dan pertumbuhan dalam diri seorang anak tidak dapat dikembangkan secara optimal, misalnya sering terserang penyakit. Selain itu, apabila makanan yang dikonsumsi tidak mengandung zat-zat makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral, juga akan bermasalah dalam tumbuh kembang anak. Hal ini akan berpengaruh pada masa dewasa dan generasi muda, dan menghambat keberhasilan pembangunan nasional.
Selain itu, ada berbagai faktor yang mempengaruhi gizi buruk pada anak. Secara garis besar dikelompokkan ke dalam tiga lingkungan faktor yang besar, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik dan lingkungan psikososial. (Restiti, 1999:8).
A.    Lingkungan biologi
Lingkungan biologi terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut:
1.                Tingkat konsumsi gizi
Zat gizi merupakan unsur penting untuk membentuk dan mengganti sel-sel yang rusak termasuk otak, mengatur proses kerja fisiologis dan sebagai sumber tenaga. Oleh karena itu, asupan zat gizi dalam jumlah yang seimbang mutlak diperlukan pada berbagai tahap tumbuh kembang manusia termasuk pada anak-anak.
Kualitas konsumsi makanan bisa dilihat dari kemampuan rata-rata individu untuk mencapai konsumsi nilai gizi makanan sesuai dengan kecukupan yang dianjurkan. Dalam Repelita VI telah ditetapkan bahwa kecukupan konsumsi rata-rata per orang per hari untuk energi adalah 2150 kilokalori. Selain angka kecukupan yang perlu diperhatikan dalam menilai kualitas konsumsi makanan adalah komposisi jenis pangan. Jenis pangan yang beraneka ragam merupakan persyaratan penting untuk menghasilkan pola pangan yang bermutu gizi seimbang.
2.    Infeksi Penyakit
Mekanisme kerja antara status gizi dan penyakit cukup kompleks. Penyakit infeksi melalui penurunan selera makan dan peningkatan kebutuhan waktu sakit dapat diikuti oleh penurunan keadaan gizi. Sebaliknya penderita taraf gizi kurang memiliki daya tahan rendah, sehingga lebih peka terhadap penularan penyakit infeksi. Penyakit yang dideritanya akan berlangsung parah dan lama sehingga berakibat terhadap pertumbuhan fisiknya.
Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan anak di Indonesia. Sebagian dari penyakit infeksi tersebut disebabkan oleh penyakit menular. Menurut data yang dikumpulkan Setiady (1978) menunjukkan bahwa dari lima juta bayi yang lahir tiap tahun, kira-kira 600.000 akan meninggal sebelum mereka mencapai umur satu tahun dan dari jumlah kematian tersebut lebih dari 100.000 akan meninggal karena penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (Setiady via Restiti, 1999:10).
B.     Lingkungan Fisik
Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan fisik antara lain sebagai berikut:
1.      Ketersediaan pangan
Ketersediaan pangan yang cukup bagi masyarakat merupakan sarana potensial untuk mengatasi permasalahan gizi. Sebagai upaya agar setiap individu mampu mengkonsumsi gizi yang berkualitas dan berkuantitas harus didukung pula dengan adanya ketersediaan pangan sampai pada tingkat keluarga. Ketersediaan pangan ini juga perlu didukung daya akseptabilitas rumah tangga terutama dari faktor daya beli keluarga.
Keadaan gizi penduduk erat kaitannya dengan kemampuan penyediaan pangan baik di tingkat keluarga, maupun wilayah. Apabila bahan makanan yang tersedia cukup dan beragam serta didukung dengan pengetahuan gizi yang baik di kalangan masyarakat, maka dapat diharapkan konsumsi pangan dan zat gizi dapat mencapai tingkat kecukupannya. Keadaan ini akan mampu menciptakan status gizi yang baik apabila tidak terdapat gangguan infeksi di dalam tubuh.
2.      Faktor Sanitasi Lingkungan
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup dominan dalam menciptakan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan masa pertumbuhannya. Kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang kurang maka anak-anak akan mudah terinfeksi oleh berbagai penyakit misalnya diare, kecacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria dan lain-lain.
Selain itu, faktor pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat merupakan hal yang sangat penting dan dalam banyak hal merupakan faktor penentu kondisi lingkungan yang mempengaruhi kesehatan. Selain itu, polusi yang berasal dari pabrik, asap kendaraan, atau asap rokok dapat berpengaruh terhadap tinggnya angka kejadian ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Pada anak yang sering mengalami gangguan penyakit ini maka proses pertumbuhan juga akan mengalami gangguan.
C.     Lingkungan Psikososial
Lingkungan psikososial terdiri dari faktor-faktor sebagai berikut:
1.      Keadaan sosial ekonomi
Timbulnya masalah gizi sangat erat kaitannya dengan masalah kemiskinan. Oleh sebab itu, upaya terbaik untuk mengatasi masalah gizi dengan memberdayakan masyarakat miskin melalui peningkatan pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi ini akan meningkatkan pendapatan yang akan berpengaruh terhadap konsumsi makanan dalam keluarga. Di beberapa negara berkembang masyarakat miskin hampir membelanjakan pendapatannya khusus untuk makanan (di India Selatan keluarga miskin menghabiskan 80% anggaran belanjanya untuk makanan), sedangkan di negara maju hanya 45%. Hasil survey yang dilakukan Hertanto (1993) pada keluarga miskin di Kelurahan Bandarharjo menyatakan bahwa lebih dari separuh responden membelanjakan 60% dari total pengeluaran untuk pangan (Hertanto via Restiti, 1999:14).
Pendapatan yang rendah menyebabkan orang tidak mampu membeli bahan pangan dan non pangan dalam jumlah yang diperlukan. Badan Pusat Statistik (1993) menyebutkan bahwa garis kemiskinan dinyatakan sebagai bersarnya pengeluaran untuk memenuhi 2100 kalori per hari dan kebutuhan minimal makanan ditambah dengan kebutuhan minimal bukan makanan seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan, dan transportasi (Badan Pusat Statistik via Restiti, 1999:15).  Dengan demikian keadaan sosial ekonomi sangat berpengaruh terhadap perbaikan gizi. Jika keadaan sosial ekonomi rendah, orang menjadi tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini menyebabkan gizi buruk meningkat.
2.      Faktor pendidikan
Keadaan gizi seorang anak dipengaruhi oleh perilaku orang tuanya. Jika orang tuanya memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kesehatan dan gizi, akan semakin tinggi pula tingkat kesehatan dan gizi keluarganya. Ini akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas zat gizi yang dikonsumsi oleh anggota keluarga khususnya anak.
Tersedianya fasilitas dan sarana pendidikan yang memadai juga merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pendidikan masyarakat sehingga pengatahuan masyarakat akan meningkat. Fasilitas dan sarana pendidikan yang cukup akan memberikan kesempatan belajar kepada anggota masyarakat.
Selanjutnya, di usia sekolah, anak-anak bergizi buruk dan gizi kurang tidak akan dapat berfikir cerdas, karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Anak yang otaknya mengecil ini tidak bisa diperbaiki karena periode pertumbuhan otaknya sudah terlewati (Suryati, 2010:14). Selain itu, ada berbagai dampak penyakit yang ditimbulkan karena gizi buruk yaitu penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP), anemia (penyakit kurang darah), Zerophthalmia (Defisiensi vitamin A), dan Kwashiorkor (defisiensi protein). Dampak penyakit tersebut sebagai berikut:
A.       Penyakit Kurang Kalori Protein (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadi defisiensi atau defisit energi dan protein (Notoatmodjo, 2003:199). Pada anak-anak, KKP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2009:307). Selain itu, apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori, maka akan terjadi defisiensi kalori dan protein.
B.       Anemia (Penyakit kurang darah)
Anemia adalah defisiensi hemoglobin dalam darah yang disebabkan oleh kekurangan sel darah merah dan/atau kandungan hemoglobinnya (Hinchliff, 1999:20). Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh (Notoatmodjo, 2003:200). Padahal zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan darah, yakni dalam hemoglobin (Hb). Jika anak-anak kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi (Fe), bisa menyebabkan kurang gizi besi yaitu Anemia.
C.       Zerophthalmia (Defisiensi vitamin A)
Penyakit ini disebabkan kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Ini mempunyai peranan penting dalam sebagai penyebab kebutaan anak. Gejala-gejala yang ditimbulkan adalah kekeringan epithel biji mata dan kornea, karena glandula lakrimaris menurun, bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi vitamin A mencakup, fungsi dalam proses melihat, metabolisme, dan reproduksi. Kekurangan vitamin A dapat dicegah dengan cara penyuluhan gizi tentang makanan-makanan yang bergizi, khususnya makanan-makanan sebagai sumber vitamin (Notoatmojo, 2003:201).
D.       Kwashiorkor (Defisiensi protein) dan marasmus
Kwashiorkor disebabkan oleh defisiensi protein. Pada umumnya, penyakit ini disebut busung lapar. Makanan yang dimakan biasanya kurang mengandung nutrien. Penampilan anak-anak yang menderita penyakit ini umumnya khas, terutama pada bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Tanda-tanda kwashiorkor meliputi wajah membulat dan sembab, pandangan mata sayu, perubahan status mental (cengeng, rewel, kadang apatis), rambut kusam, dan bercak merah coklat pada kulit (Alatas dan Rusepno, 1985:362). Sedangkan marasmus karena kurang karbohidrat. Pada keadaan ini ialah pertumbuhan yang kurang atau terhenti. Gejala-gejala yang ditimbulkan yaitu tangan dan kaki bengkak, perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita tampak lemah sering digendong, rewel, dan banyak menangis (Alatas dan Rusepno, 1985:365).
Jadi, gizi buruk pada anak usia 6—12 tahun disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan. Faktor tersebut dikelompokkan menjadi tiga, yaitu lingkungan biologi, lingkungan fisik, dan lingkungan psikososial. Lingkungan biologi berupa tingkat konsumsi gizi dan infeksi penyakit, lingkungan fisik berupa kesediaan pangan dan sanitasi lingkungan, sedangkan lingkungan psikososial berupa keadaan sosial dan tingkat pendidikan. Berbagai faktor tersebut menimbulkan berbagai dampak penyakit karena sel-sel otaknya tidak tumbuh maksimal. Dampak penyakit yang ditimbulkan yaitu penyakit Kurang Kalori dan Protein (KKP), anemia (penyakit kurang darah), Zerophthalmia (Defisiensi vitamin A), dan Kwashiorkor (defisiensi protein). Jika anak usia sekolah (6—12 tahun) tidak terpenuhi gizi, perkembangan dan pertumbuhan dalam diri seorang anak tidak dapat dikembangkan secara optimal. Selain itu, anak tersebut bisa terserang berbagai dampak penyakit. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus mengandung zat-zat makanan seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Hal ini akan berpengaruh pada masa dewasa dan generasi muda yaitu untuk melancarkan keberhasilan pembangunan nasional.

Sumber:
Asih, Laksmi. 2010. “Gizi Buruk pada Anak Usia Sekolah Dasar”. Makalah Bahasa Indonesia Semester 1. Tidak Diterbitkan.
Restiti, Niluh Putu Ratih. 1999. ”Faktor-Faktor yang Behubungan dengan Prevalensi Anak Batita Bawah Garis Merah di Propinsi Jawa Tengah”.  Skripsi Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.  Tidak diterbitkan.

WHAT IS HYPERTENSION???


Prevalence of hypertension is high in Indonesia, although it is not as high as in developed country. It become a public health problem that needs handling well.
Accroding to DR.Dr.Idrus Alwi, SpSD-KKV, FACC, the leader of PAPDS JAYA, the level of public care in Indonesia toward the danger of hypertension is still low. It is caused hypertension often appears without symptom and the patients do not fell sickness (Kabar Sehat,2008:11).
Hypertension is the medical term for high blood pressure. It is known as the “silent killer” since it has no symptoms but can lead to long term diseases and complications. It is because many people have high blood pressure and don’t know it. Blood pressure is measured by a blood pressure cuff and recorded as two numbers, for example 120/80 mmHg (milimeters of mercury). Blood pressure measurements are usually taken at the upper arm over the bracial artery.
The sign and symptom of hypertension according to Corwin (2009:487). They are follows:
  • Headache when wake up, sometimes with nauseous and vomit because there are increasing of intracranium blood pressure.
  • The vision is not clear because there are hypertensif damage in the retina
  • Stagger because of  damage of central nerve
  • Nocturia because of increasing of blood circulation in the kidney and glomelurus filtration
  • Edema dependen and swollen because of increasing of capiler pressure

Hypertension is a cronic disease because of increasing of artery blood pressure that diastolic pressure is more than 90 mmHg and sistolic pressure is more than 140 mmHg  (Abdulrochim, 1992:11).
There are two types of hypertension. They are as follows:
·  Essential hypertension
Essential hypertension have no symptoms, but people can experience headaches, tiredness, dizziness, or nose bleeds. Although the cause is unknown, research do know that obesity, smoking, alcohol, diet, and heredity all play a role in essential hypertension. So, it  has no signal identification cause.

·  Secondary hypertension
The most common cause of secondary hypertension is an abnormality in the arteries supplying blood to the kidneys. Other causes include airway obstruction during sleep, disease and tumor of the adrenal glands, hormon abnormalities, tiroid diseases, and too much salt or alcohol in the diet. It also can be caused by another medical condition or treatment.
There are several complications of hypertension according to Corwin (2009:487). They are as follows:
·      Stroke
Stroke happens because of hemoragic high pressure in the brain or the release of embolus from artery  or vein except high pressure of brain. Stroke also happens in the cronic hypertension if artery in the brain that supplying blood experience hypertrofi or thicked, so blood circulation in the brain decrease. Brain artery that experience atherosclerosis can be weak, as a consequence the forming of aneurisma can increase.
·      Miokard infark
Miokard infark occurs if coronary artery with atherosclerosis can not supply oxygen to miokard or if the forming of trombus has blocked. Cronic hypertension and ventricel hypertension can not fill the necessity of oxyigen, it can happen iscemic. It is the mumber one of death associated with hypertension.
·      Kidney disease
Hypertension is a major cause of kidney disease and kidney failure. Kidney disease happens because there are high pressure in the glomerulus, and it become broke. As a consequence, the circulation of blood (nefron) can be disturbed and proteinuria. It can cause edema.
·      Preeclampsia
High blood pressure can be a sign of preeclampsia, a pregnancy related problem that can become life threatening. The plasenta of BBL is inadequate so BBL has a low weight.  And then, it can be hypoksia and acidosis if women pregnancy has convulsions experience before birth.
 ·      Diabetes
Hypertension ia a risk factors for the development and worsening of many diabetes complications and having diabetes increase the risk of developing high blood pressure.
Diagnostic measurement  of high pressure use sphygmomanometer. It will show the increase of sistolic and diastolic pressure. It uses a stethoscope and a cuff and gauge or by an automatic machine. This is one of vital signs which have to be examined in a routine manner. The sistolic and diastolic is for example 120/80 mmHg. The top number (120) is sistolic pressure. happed when left ventricular contracts or aorta valve opens. The bottom number (80) is diastolic pressure. This reflects the pressure in the arteries while the heart is filling and resting between heartbeats. According to Abdulrochim (2009) shows that the sign of hypertension is more than 140 mmHg and more than 90 mmHg.
The diagnostic laboratories of hypertension is needed (http://www.emedicinehealth.com/highbloodpressure/page5em.htm#Exams%20and%20Tests Accessed on Sunday, oct 16, 2011).
They are as follows:
·      Renal system
The tests are microscopic urinalysis, proteinuria (in the preeclamsia women), serum BUN (Blood Urea Nitrogen) and creatine.
·      Endocrine system
The tests are serum sodium, pottasium, calcium, TSH (Tjyriod Stimulating Hormone).
·      Metabolic system
The tests are fasting blood glucose, total cholesterol, HDL, and cholesterol, triglycerides
·      Others
Electrocardiogram (ECG) may help evaluate heart rate and rhythm. It is a screening test to help assess heart muscle thikness. If hypertension is long standing, the heart muscle has to hypertropy, or get largest, to push blood against the increased pressure within the arteries of body.
Echocardiogram is an ultrasound examination of the heart. It is use to evaluate the anatomy and the function of the heart. A cardiologist is requierd to interpret this test and can evaluate the heart muscle and determine how thick it is, and how efficiently it can push blood out to the rest of body. It also assess heart valves.
Doppler ultrasound is used to check blood flow through arteries at pulse point in your arms, legs, hands, feet. This is an accurate way to detect peripheral vascular disease which can be assiciated with high blood pressure. It also can measure blood flow in the arteries to both kidneys and sometimes depict narrowings that can lead to high blood pressure in a monitiry of patients.
So, Hypertension is a cronic diseases which is known as the “silent killer” because it has no symptoms, but can be looked with complication diseases such as stroke, miokard infark, kidney diseases, preeclampsia, and diabetes.
Futhermore, the sign and symptoms of hypertension usually are not known, before the person may suffer complication diseases. Besides that, hypertension also occurs because there are factors interaction which influence the increase of blood pressure. They are age, gender, genetic factors, obesity, smoke, and emotional depression. So, hypertension is one of diseases which is very dangerous.
Sumber: Asih, Laksmi. 2011. “HYPERTENSION”. English Paper. Tidak Diterbitkan.